Oase Qolbu : Bertegur Sapa
“Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat”. (QS. AL Hujurat : 10)
Suatu hari ada sebuah
kisah sederhana yaitu seorang takmir masjid yang selalu ramah. Dia adalah ketua takmir masjid yang baru karenah amanah jamaah. Suka bertegur sapa dengan siapa
saja yang dia temui di jalan, di masjid, di depan rumahnya, di kantor, di balai
desa dan di pasar. Sepertinya, ia tidak kekurangan bahan untuk menyapa orang yang dia temui. Tiap orang yang
bertemu dengan dia selalu dia sapa dengan cara yang khas. Antara orang satu
dengan orang lain berbeda caranya menyapa. Setiap orang merasa diperlakukan
secara pribadi dan terhormat oleh Ketua Takmir masjid itu. Tentu ketika menyapa
ia memulainya dengan salam. Dan dalam memberi salam dia selalu mencoba
mempraktikkan apa yang dianjurkan Nabi Muhammad Saw lewat sebuah hadist.
“Hendaklah orang yang naik kendaraan memberi
salam kepada orang yang berjalan kaki, orang berjalan kaki memberi salam kepada
orang yang duduk orang yang jumlahnya lebih sedikit memberi salam kepada
rombongan orang yang lebih banyak jumlahnya”.
Dengan menepati metode
bersalam model Nabi ini upaya dia memberi salam pun tidak mengalami kesulitan.
Apalagi isi hadits itu pernah dia sampaikan pada sebuah pengajian di kampung.
Dengan demikian, ketika hadits itu diamalkan bersama-sama orang pun mendapat
pengalaman yang menyenangkan. Mereka tahu siapa yang sebaiknya mendahului
memberi salam. Suasana pergaulan jamaah masjid di situ menjadi hangat dan
mengasyikkan. Sesama jamaah pun makin aktif bertegur sapa. Mereka menjadi
saling mengenal. Saling mengetahui watak atau karakter masing-masing. Dengan
mengetahui watak dan karakter masing-masing, dalam bergaul pun mereka bisa
menahan diri dan bisa saling menjaga diri agar tidak terjadi pertengkaran.
Bahkan yang muncul adalah keakraban.
Lewat tegur sapa ini
ketua takmir masjid menjadi tahu siapa pemilik tanah kosong yang kurang terawat
yang ada di dekat masjid. Tanah ini cukup luas, memanjang di dekat selokan. Ketua
takmir mendatangi pemilik tanah, dan mengajak kerjasama. ”Ibu, bagaimana kalau
tanah itu kami garap dan hasilnya dibagi untuk kepentingan ibu sebagai pemilik
tanah, untuk takmir masjid dan untuk jamaah masjid,” (kata ketua takmir dengan
nada lembut). ”Oh ya, silakan Pak. Kami sekeluarga malah senang kalau ada yang
mau menggarap tanah itu. Maklum anak-anak kami hampir semua merantau. Dan yang
berdiam di desa ini kebetulan perempuan yang sudah sibuk mengajar. Jadi kami
selama ini membiarkan tanah itu tidak ada yang menggarap,” jawab seorang
perempuan tua yang menjadi pemilik tanah itu. Lewat tegur sapa, ketua takmir
masjid itu mendatangi seorang jamaah aktif di masjid yang rumahnya di ujung
desa. ”Bisakah Bapak membantu saya sebagai takmir masjid?”. ”Membantu apa Pak?”.
”Bapak kan berpengalaman mengelola kolam ikan’. ”Ya, Pak.”. ”Kami dari takmir
masjid mau membuka usaha. Yaitu membuat kolam ikan. Kebetulan tanahnya sudah
dapat. Itu tanah Bu Hajjah Samsiatun yang selama ini tidak tergarap. Kebetulan
tanah itu kan berada di dekat selokan. Jadi masalah air untuk memasok kolam
selalu tersedia.”
”Siap pak. Saya siap membantu,” jawab
warga desa di ujung desa itu.
Lewat tegur sapa, pak
ketua takmir menggerakkan jamaah masjid dan anak muda yang juga aktif di masjid
untuk membuat kolam. Tanah milik Ibu Hajjah itu cukup luas. Dibuatlah tiga
kolam. Kolam pertama, yang paling luas, untuk pemancingan. Kolam kedua untuk
membesarkan ikan dan untuk stok ikan bagi restoran masakan ikan yang di bangun
di bagian tanah yang tersisa. Lalu kolam ketiga untuk pembibitan. Modal usaha
diambil dari kas takmir masjid yang selama ini uangnya menganggur, makin
bertambah saja, dan disimpan di bank.
Lewat tegur sapa, ketua
takmir berhasil memberi kesibukan kepada anak muda yang menganggur di desa
untuk mengelola kolam itu. Juga kepada ibu-ibu desa yang banyak waktu luang
yang hampir saja tergiur untuk bekerja di sebuah pabrik. Mereka kemudian lebih
memilih bekerja di restoran masakan ikan itu. Lewat tegur sapa pula, ketua
takmir masjid itu berhasil meningkatkan kesehatan warga desa dan jamaah masjid
karena mereka menjadi suka makan ikan.
Cerita singkat tersebut
menginspirasi kita semua bahwa kekuatan tegur sapa merupakan amal baik yang
mampu menghadirkan sebuah rahasia Allah Swt. Bayangkan saja, kisah sang takmir
mesjid itu memberikan jawaban kepada kita bahwa Allah Swt memberikan balasan
yang menggembirakan bagi siapa saja yang mau memberikan muka manisnya kepada
orang lain. Diera modern seperti ini, kita sudah mulai langka menjumpai watak
indah yang diceritakan sang takmir masjid tersebut. Apalagi ketika kita hidup
diperkotaan. Nuansa kekeluargaan diantara tetangga seakan pudar dan asing untuk
mencarinya. Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa senyum kepada saudara
kita adalah ibadah. Maka jangan terlalu pelit untuk memberi muka manis kita
kepada sesama.
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan Mengawasi kamu.(QS. An Nisa’ : 1)
* Penulis : Fury Fariansyah, S. PdI
Penulis adalah mahasiswa pasca sarjana MPI Univ. Muhammadiyah Magelang. Selain selain itu, sebagian waktunya telah diwakafkan dalam kegiatan filantropy yaitu menjadi sekretaris Lazimu Kota Magelang. Aktifitas pokoknya adalah menjadi pengajar di SMP Mutual Kota Magelang.
0 Response to "Oase Qolbu : Bertegur Sapa"
Post a Comment